Minggu, 20 Juli 2008

ABDULLAH BIN ABBAS, Lisannya bertanya, Qalbunya mencerna

Di antara sahabat-sahabat RasuluLlah SAW, terdapat beberapa sahabat kecil yang ketika melafadzkan syahadat mereka berusia sangat muda, atau ketika mereka dilahirkan, ayah bunda mereka telah muslim. Perhatian RasuluLlah SAW kepada para sahabat cilik ini, tidak berbeda dengan sahabat-sahabat yang lainnya. Bahkan beliau sangat memperhatikan mereka dan meluangkan waktu untuk bermain, bicara dan menasehati mereka.
AbduLlah bin Abbas (Ibnu Abbas) adalah salah satu kelompok sahabat junior ini. Beliau dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah. Semenjak kecilnya, beliau sudah menunjukkan kecerdasan dan ke sungguhannya terhadap suatu masalah. RasuluLlah mengetahui potensi besar yang ada pada anak muda ini, seperti halnya beliau melihat potensi yang sama pada Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan sahabat-sahabat cilik lainnya.
RasuluLlah SAW sering terlihat berdua bersama si kecil Abdullah bin Abbas. Suatu ketika, misalnya, RasuluLlah SAW mengajak Ibnu Abbas RA berjalan-jalan seraya menyampaikan tarbiyahnya kepada pemuda cilik ini:
"Ya ghulam, maukah engkau mendengarkan beberapa kalimat yang sangat berguna? Jagalah ALlah SWT (ajaran-ajaranNya), maka engkau akan mendapatkanNya selalu menjagamu. Jagalah ALlah SWT (larangan-laranganNya), maka engkau akan mendapatkanNya selalu dekat di hadapan mu. Kenalilah ALlah dalam sukamu, maka ALlah akan mengenalimudalam dukamu. Bila engkau meminta, mintalah kepada ALlah. Jika engkau memerlukan pertolongan, mohonkanlah kepada ALlah. Semua hal (yang terjadi denganmu) telah selesai ditulis. Ketahuilah, seandainya semua makhluk bersepakat untuk membantumu dengan apa yang tidak ditaqdirkan ALlah untukmu, mereka tidak akan mampu membantumu. Atau bila mereka berkonspirasi untuk menghalangi engkau mendapatkan apa yang ditaqdirkan untukmu, mereka juga tidak akan dapat melakukannya. Semua aktifitasmu kerjakan lah dengan keyakinan dan keikhlasan. Ketahuilah, bahwa bersabar dalam musibah itu akan memberikan hasil positif; dan bahwa kemenangan itu dicapai dengan kesabaran; dan bahwa kesuksesan itu sering dilalui lewat tribulasi; dan bahwa kemudahan itu tiba setelah kesulitan.[Hadist Riwayat Ahmad, Hakim, Tirmidzi]
Demikianlah rangkaian prinsip aqidah, ilmu dan 'amal yang manakah hasil tarbiyah RasuluLlah itu? AbduLlah bin Abbas tumbuh menjadi seorang muslim yang penuh inisiatif, haus ilmu, dekat dengan ALlah dan Rasul-Nya.
Suatu ketika, Ibnu Abbas ingin mengetahui secara langsung bagaimana cara RasuluLlah shalat. Untuk itu, ia sengaja menginap di rumah bibinya: ummahatul mu'minin, Maimunah bint al-Harist.
Ketika itu ia melihat RasuluLlah bangun tengah malam dan pergi berwudhu. Dengan sigap Ibnu Abbas membawakan air untuk berwudhu, dengan demikian ia dapat melihat sendiri bagaimana RasuluLlah berwudhu. RasuluLlah - sang murobbi agung itu - tidak menyepelekan hal ini, beliau mengelus dengan lembut kepala Ibnu Abbas, seraya mendo'akan: "Ya ALlah, faqih-kanlah ia dalam perkara agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir Kitab-Mu."
Kemudian RasuluLlah berdiri untuk sholat lail yang dimakmumi oleh isteri beliau, Maimunah. Ibnu Abbas tak tinggal diam, dia segera berdiri di belakang RasuluLlah SAW; tetapi RasuluLlah kemudian menariknya agar ia berdiri sedikit berjajar dengannya.
Ibnu Abbas berdiri sejajar dengan RasuluLlah, tetapi kemudian ia mundur lagi ke shaf belakang. Seusai sholat, RasuluLlah mempertanyakan sikap Ibnu Abbas ini, dan dijawab oleh Ibnu Abbas bahwa rasanya tak pantas dirinya berdiri sejajar dengan seorang Utusan ALlah SWT.RasuluLlah ternyata tidak memarahinya, bahkan beliaumengulangi do'anya ketika berwudhu tadi.
Ketika Ibnu Abbas berusia 13 tahun, RasuluLlah wafat. Beliau sangat merasa kehilangan. Tapi hal ini tidak menjadikannya bersedih atau lemah. Dengan segera ia mengajak teman sebayanya untuk bertanya dan belajar pada sahabat-sahabat senior mengenai apa saja yang berkenaan dengan RasuluLlah dan ajaran al-Islam. Logika Ibnu Abbas, saat itu mengatakan bahwa para sahabat masih berada di Madinah, inilah kesempatan terbaik untuk menimba ilmu dan informasi dari mereka, sebelum mereka berpencaran ke kota-kota lain atau sebelum mereka wafat. Namun sayang, ajakan ini tidak ditanggapi oleh rekan-rekan sebayanya, karena mereka rata-rata beranggapan bahwa para sahabat senior tidak akan memperhatikan pertanyaan anak-anak kecil macam mereka.
Ibnu Abbas tak patah arang. Beliau sendiri mendatangi para sahabat yang diperkirakan mengetahui apa saja yang ingin ia tanyakan. Dengan sabar, beliau menunggu para sahabat pulang dari kerja keseharian atau da'wahnya. Bahkan kalau sahabat tadi kebetulan sedang berisitirahat, Ibnu Abbas dengan sabar menanti di depan pintu rumahnya, hingga tertidur, tergolek beralaskan pakaiannya. Tentu saja para sahabat terkejut menemui Ibnu Abbas tertidur di muka rumahnya, "Oh keponakan RasuluLlah, ada apa gerangan?
Kenapa tidak kami saja yang datang menemuimu, bila engkau ada keperluan?" "Tidak,"kata Ibnu Abbas, "sayalah yang harus datangmenemui anda."
Demikianlah masa kecil Ibnu Abbas. Bagaimana dengan masa dewasanya? beliau katakan sebagai seorang muda yang berwawasan dewasa, yang lisannya selalu bertanya dan qalbunya selalu mencerna. Umar bin Khattab selalu mengundang Ibnu Abbas dalam majelis syuro'nya dengan beberapa sahabat senior, dan beliau selalu berkata kepada Ibnu Abbas agar ia tidak perlu sungkan menyampaikan pendapat.Inilah bentuk tarbiyah lain yang diperoleh oleh Ibnu Abbas, dengan selalu berada dalam kalangan sahabat senior.
Dalam masa kekhalifahan Utsman bin Affan RA, beliau bergabung dengan pasukan muslimin yang berekspedisi ke Afrika Utara, di bawah pimpinan AbduLlah bin Abi-Sarh. Beliau terlibat dalam pertempuran dan juga dalam da'wah di sana. Di masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA, Ibnu Abbas mengajukan permohonan untuk menemui dan berda'wah kepada kaum Khawarij. Melalui dialog dan diskusinya yang intens, sekitar 12.000 dari 16.000 khawarij bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar.
AbduLlah bin Abbas, yang muda yang ulama, wafat dalam usia 71 tahun pada tahun 68H. Sahabat Abu Hurairah RA, berkata "Hari ini telah wafat Ulama Ummat. Semoga ALlah SWT berkenan memberikan pengganti AbduLlah bin Abbas."
Posted in Sirah printer friendly version
Submitted by webmaster on February 25, 2006 - 07:28.

sumber: www.ukhuwah.or.id

HAL YANG PALING DI DUNIA????

Hal yang Paling ..... di Dunia
Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?Murid 1 = " Orang tua "Murid 2 = " Guru "Murid 3 = " Teman "Murid 4 = " Kaum kerabat "Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekatdengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yangbernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).
Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"Murid 1 = " Negeri Cina "Murid 2 = " Bulan "Murid 3 = " Matahari "Murid 4 = " Bintang-bintang "Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benaradalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kitatidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harusmenjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang denganperbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama".
Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"Murid 1 = " Gunung "Murid 2 = " Matahari "Murid 3 = " Bumi "Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalahHAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsukita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."
IMAM GHAZALI" Apa yang paling berat didunia? "Murid 1 = " Baja "Murid 2 = " Besi "Murid 3 = " Gajah "Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANGAMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, danmalaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadikhalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnyaberebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusiamasuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."
Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"Murid 1 = " Kapas"Murid 2 = " Angin "Murid 3 = " Debu "Murid 4 = " Daun-daun"Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringansekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kitaatau urusan dunia, kita tinggalkan solat "
Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia iniadalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnyamenyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "
Posted in Tausiah printer friendly version

SUMBER: www.ukhuwah.or.id

ADAB-ADAB PENUNTUT ILMU

Adab-Adab Penuntut IlmuKategori: Akhlaq dan Nasehat, Manhaj Salaf
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Rasulullah, amma ba’du.
Para pembaca yang budiman, menuntut ilmu agama adalah sebuah tugas yang sangat mulia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka Allah akan pahamkan dia dalam hal agamanya.” (HR. Bukhari)
Oleh sebab itu sudah semestinya kita berupaya sebaik-baiknya dalam menimba ilmu yang mulia ini. Nah, untuk bisa meraih apa yang kita idam-idamkan ini tentunya ada adab-adab yang harus diperhatikan agar ilmu yang kita peroleh membuahkan barakah, menebarkan rahmah dan bukannya malah menebarkan fitnah atau justru menyulut api hizbiyah. Wallaahul musta’aan.
ADAB PERTAMA : Mengikhlaskan Niat untuk Allah ‘azza wa jalla
Yaitu dengan menujukan aktivitas menuntut ilmu yang dilakukannya untuk mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat, sebab Allah telah mendorong dan memotivasi untuk itu. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah dan minta ampunlah atas dosa-dosamu.” (QS. Muhammad: 19). Pujian terhadap para ulama di dalam al-Qur’an juga sudah sangat ma’ruf. Apabila Allah memuji atau memerintahkan sesuatu maka sesuatu itu bernilai ibadah.
Oleh sebab itu maka kita harus mengikhlaskan diri dalam menuntut ilmu hanya untuk Allah, yaitu dengan meniatkan dalam menuntut ilmu dalam rangka mengharapkan wajah Allah ‘azza wa jalla. Apabila dalam menuntut ilmu seseorang mengharapkan untuk memperoleh persaksian/gelar demi mencari kedudukan dunia atau jabatan maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Barang siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya hanya ditujukan untuk mencari wajah Allah ‘azza wa jalla tetapi dia justru berniat untuk meraih bagian kehidupan dunia maka dia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” yakni tidak bisa mencium aromanya, ini adalah ancaman yang sangat keras. Akan tetapi apabila seseorang yang menuntut ilmu memiliki niat memperoleh persaksian/ijazah/gelar sebagai sarana agar bisa memberikan manfaat kepada orang-orang dengan mengajarkan ilmu, pengajian dan sebagainya, maka niatnya bagus dan tidak bermasalah, karena ini adalah niat yang benar.
ADAB KEDUA : Bertujuan untuk Mengangkat Kebodohan Diri Sendiri dan Orang Lain
Dia berniat dalam menuntut ilmu demi mengangkat kebodohan dari dirinya sendiri dan dari orang lain. Sebab pada asalnya manusia itu bodoh, dalilnya adalah firman Allah ta’ala yang artinya, “Allah lah yang telah mengeluarkan kalian dari perut-perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan kemudian Allah ciptakan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati supaya kalian bersyukur.” (QS. An Nahl: 78). Demikian pula niatkanlah untuk mengangkat kebodohan dari umat, hal itu bisa dilakukan dengan pengajaran melalui berbagai macam sarana, supaya orang-orang bisa memetik manfaat dari ilmu yang kau miliki.
ADAB KETIGA : Bermaksud Membela SyariatYaitu dalam menuntut ilmu itu engkau berniat untuk membela syariat, sebab kitab-kitab yang ada tidak mungkin bisa membela syariat (dengan sendirinya). Tidak ada yang bisa membela syariat kecuali si pembawa syariat. Seandainya ada seorang ahlul bid’ah datang ke perpustakaan yang penuh berisi kitab-kitab syariat yang jumlahnya sulit untuk dihitung lantas dia berbicara melontarkan kebid’ahannya dan menyatakannya dengan lantang, saya kira tidak ada sebuah kitab pun yang bisa membantahnya. Akan tetapi apabila dia berbicara dengan kebid’ahannya di sisi orang yang berilmu demi menyatakannya maka si penuntut ilmu itu akan bisa membantahnya dan menolak perkataannya dengan dalil al-Qur’an dan as-Sunnah. Oleh sebab itu saya katakan: Salah satu hal yang harus senantiasa dipelihara di dalam hati oleh penuntut ilmu adalah niat untuk membela syariat. Manusia kini sangat membutuhkan keberadaan para ulama, supaya mereka bisa membantah tipu daya para ahli bid’ah serta seluruh musuh Allah ‘azza wa jalla.
ADAB KEEMPAT : Berlapang Dada Dalam Masalah KhilafHendaknya dia berlapang dada ketika menghadapi masalah-masalah khilaf yang bersumber dari hasil ijtihad. Sebab perselisihan yang ada di antara para ulama itu bisa jadi terjadi dalam perkara yang tidak boleh untuk berijtihad, maka kalau seperti ini maka perkaranya jelas. Yang demikian itu tidak ada seorang pun yang menyelisihinya diberikan uzur. Dan bisa juga perselisihan terjadi dalam permasalahan yang boleh berijtihad di dalamnya, maka yang seperti ini orang yang menyelisihi kebenaran diberikan uzur. Dan perkataan anda tidak bisa menjadi argumen untuk menjatuhkan orang yang berbeda pendapat dengan anda dalam masalah itu, seandainya kita berpendapat demikian niscaya kita pun akan katakan bahwa perkataannya adalah argumen yang bisa menjatuhkan anda.
Yang saya maksud di sini adalah perselisihan yang terjadi pada perkara-perkara yang diperbolehkan bagi akal untuk berijtihad di dalamnya dan manusia boleh berselisih tentangnya. Adapun orang yang menyelisihi jalan salaf seperti dalam permasalahan akidah maka dalam hal ini tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk menyelisihi salafush shalih, akan tetapi pada permasalahan lain yang termasuk medan pikiran, tidaklah pantas menjadikan khilaf semacam ini sebagai alasan untuk mencela orang lain atau menjadikannya sebagai penyebab permusuhan dan kebencian.
Maka menjadi kewajiban para penuntut ilmu untuk tetap memelihara persaudaraan meskipun mereka berselisih dalam sebagian permasalahan furu’iyyah (cabang), hendaknya yang satu mengajak saudaranya untuk berdiskusi dengan baik dengan didasari kehendak untuk mencari wajah Allah dan demi memperoleh ilmu, dengan cara inilah akan tercapai hubungan baik dan sikap keras dan kasar yang ada pada sebagian orang akan bisa lenyap, bahkan terkadang terjadi pertengkaran dan permusuhan di antara mereka. Keadaan seperti ini tentu saja membuat gembira musuh-musuh Islam, sedangkan perselisihan yang ada di antara umat ini merupakan penyebab bahaya yang sangat besar, Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian berselisih yang akan menceraiberaikan dan membuat kekuatan kalian melemah. Dan bersabarlah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. al-Anfaal: 46)
ADAB KELIMA : Beramal Dengan IlmuYaitu hendaknya penuntut ilmu mengamalkan ilmu yang dimilikinya, baik itu akidah, ibadah, akhlaq, adab, maupun muamalah. Sebab amal inilah buah ilmu dan hasil yang dipetik dari ilmu, seorang yang mengemban ilmu adalah ibarat orang yang membawa senjatanya, bisa jadi senjatanya itu dipakai untuk membela dirinya atau justru untuk membinasakannya. Oleh karenanya terdapat sebuah hadits yang sah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “al-Qur’an adalah hujjah untukmu atau untuk menjatuhkanmu.”
ADAB KEENAM : Berdakwah di Jalan AllahYaitu dengan menjadi seorang yang menyeru kepada agama Allah ‘azza wa jalla, dia berdakwah pada setiap kesempatan, di masjid, di pertemuan-pertemuan, di pasar-pasar, serta dalam segala kesempatan. Perhatikanlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau setelah diangkat menjadi Nabi dan Rasul tidaklah hanya duduk-duduk saja di rumahnya, akan tetapi beliau mendakwahi manusia dan bergerak ke sana kemari. Saya tidak menghendaki adanya seorang penuntut ilmu yang hanya menjadi penyalin tulisan yang ada di buku-buku, namun yang saya inginkan adalah mereka menjadi orang-orang yang berilmu dan sekaligus mengamalkannya.
ADAB KETUJUH : Bersikap Bijaksana (Hikmah)
Yaitu dengan menghiasi dirinya dengan kebijaksanaan, di mana Allah berfirman yang artinya, “Hikmah itu diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa yang diberi hikmah sungguh telah diberi kebaikan yang sangat banyak.” (QS. al-Baqarah: 269). Yang dimaksud hikmah ialah seorang penuntut ilmu menjadi pembimbing orang lain dengan akhlaknya dan dengan dakwahnya mengajak orang mengikuti ajaran agama Allah ‘azza wa jalla, hendaknya dia berbicara dengan setiap orang sesuai dengan keadaannya. Apabila kita tempuh cara ini niscaya akan tercapai kebaikan yang banyak, sebagaimana yang difirmankan Tuhan kita ‘azza wa jalla yang artinya, “Dan barang siapa yang diberikan hikmah sungguh telah diberi kebaikan yang amat banyak.” Seorang yang bijak (Hakiim) adalah yang dapat menempatkan segala sesuatu sesuai kedudukannya masing-masing. Maka sudah selayaknya, bahkan menjadi kewajiban bagi para penuntut ilmu untuk bersikap hikmah di dalam dakwahnya.
Allah ta’ala menyebutkan tingkatan-tingkatan dakwah di dalam firman-Nya yang artinya, “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS. an-Nahl: 125). Dan Allah ta’ala telah menyebutkan tingkatan dakwah yang keempat dalam mendebat Ahli kitab dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu mendebat ahlu kitab kecuali dengan cara yang lebih baik kecuali kepada orang-orang zhalim diantara mereka.” (QS. al-’Ankabuut: 46). Maka hendaknya penuntut ilmu memilih cara dakwah yang lebih mudah diterima oleh pemahaman orang.
ADAB KEDELAPAN : Penuntut Ilmu Harus Bersabar Dalam Menuntut IlmuYaitu hendaknya dia sabar dalam belajar, tidak terputus di tengah jalan dan merasa bosan, tetapi hendaknya di terus konsisten belajar sesuai kemampuannya dan bersabar dalam meraih ilmu, tidak cepat jemu karena apabila seseorang telah merasa jemu maka dia akan putus asa dan meninggalkan belajar. Akan tetapi apabila dia sanggup menahan diri untuk tetap belajar ilmu niscaya dia akan meraih pahala orang-orang yang sabar; ini dari satu sisi, dan dari sisi lain dia juga akan mendapatkan hasil yang baik.
ADAB KESEMBILAN : Menghormati Ulama dan Memosisikan Mereka Sesuai KedudukannyaSudah menjadi kewajiban bagi para penuntut ilmu untuk menghormati para ulama dan memosisikan mereka sesuai kedudukannya, dan melapangkan dada-dada mereka dalam menghadapi perselisihan yang ada di antara para ulama dan selain mereka, dan hendaknya hal itu dihadapinya dengan penuh toleransi di dalam keyakinan mereka bagi orang yang telah berusaha menempuh jalan (kebenaran) tapi keliru, ini catatan yang penting sekali, sebab ada sebagian orang yang sengaja mencari-cari kesalahan orang lain dalam rangka melontarkan tuduhan yang tak pantas kepada mereka, dan demi menebarkan keraguan di hati orang-orang dengan cela yang telah mereka dengar, ini termasuk kesalahan yang terbesar. Apabila menggunjing orang awam saja termasuk dosa besar maka menggunjing orang berilmu lebih besar dan lebih berat dosanya, karena dengan menggunjing orang yang berilmu akan menimbulkan bahaya yang tidak hanya mengenai diri orang alim itu sendiri, akan tetapi mengenai dirinya dan juga ilmu syar’i yang dibawanya.
Sedangkan apabila orang-orang telah menjauh dari orang alim itu atau harga diri mereka telah jatuh di mata mereka maka ucapannya pun ikut gugur. Apabila dia menyampaikan kebenaran dan menunjukkan kepadanya maka akibat gunjingan orang ini terhadap orang alim itu akan menjadi penghalang orang-orang untuk bisa menerima ilmu syar’i yang disampaikannya, dan hal ini bahayanya sangat besar dan mengerikan. Saya katakan, hendaknya para pemuda memahami perselisihan-perselisihan yang ada di antara para ulama itu dengan anggapan mereka berniat baik dan disebabkan ijtihad mereka dan memberikan toleransi bagi mereka atas kekeliruan yang mereka lakukan, dan hal itu tidaklah menghalanginya untuk berdiskusi dengan mereka dalam masalah yang mereka yakini bahwa para ulama itu telah keliru, supaya mereka menjelaskan apakah kekeliruan itu bersumber dari mereka ataukah dari orang yang menganggap mereka salah ?! Karena terkadang tergambar dalam pikiran seseorang bahwa perkataan orang alim itu telah keliru, kemudian setelah diskusi ternyata tampak jelas baginya bahwa dia benar. Dan demikianlah sifat manusia, “Semua anak Adam pasti pernah salah dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang senantiasa bertaubat”. Adapun merasa senang dengan ketergelinciran seorang ulama dan justru menyebar-nyebarkannya di tengah-tengah manusia sehingga menimbulkan perpecah belahan maka hal ini bukanlah termasuk jalan Salaf.
ADAB KESEPULUH : Berpegang Teguh Dengan Al Kitab dan As SunnahWajib bagi penuntut ilmu untuk memiliki semangat penuh guna meraih ilmu dan mempelajarinya dari pokok-pokoknya, yaitu perkara-perkara yang tidak akan tercapai kebahagiaan kecuali dengannya, perkara-perkara itu adalah :
1. Al-Qur’an Al-KarimOleh sebab itu wajib bagi penuntut ilmu untuk bersemangat dalam membacanya, menghafalkannya, memahaminya serta mengamalkannya karena al-Qur’an itulah tali Allah yang kuat, dan ia adalah landasan seluruh ilmu. Para salaf dahulu sangat bersemangat dalam mempelajarinya, dan diceritakan bahwasanya terjadi berbagai kejadian yang menakjubkan pada mereka yang menunjukkan begitu besar semangat mereka dalam menelaah al-Qur’an. Dan sebuah kenyataan yang patut disayangkan adalah adanya sebagian penuntut ilmu yang tidak mau menghafalkan al-Qur’an, bahkan sebagian di antara mereka tidak bisa membaca al-Qur’an dengan baik, ini merupakan kekeliruan yang besar dalam hal metode menuntut ilmu. Karena itulah saya senantiasa mengulang-ulangi bahwa seharusnya penuntut ilmu bersemangat dalam menghafalkan al-Qur’an, mengamalkannya serta mendakwahkannya, dan untuk bisa memahaminya dengan pemahaman yang selaras dengan pemahaman salafush shalih.
2. As Sunnah yang shahihahIa merupakan sumber kedua dari sumber syariat Islam, dialah penjelas al-Qur’an al Karim, maka menjadi kewajiban penuntut ilmu untuk menggabungkan antara keduanya dan bersemangat dalam mendalami keduanya. Penuntut ilmu sudah semestinya menghafalkan as-Sunnah, baik dengan cara menghafal nash-nash hadits atau dengan mempelajari sanad-sanad dan matan-matannya, membedakan yang shahih dengan yang lemah, menjaga as-Sunnah juga dengan membelanya serta membantah syubhat-syubhat yang dilontarkan Ahlu bid’ah guna menentang as-Sunnah.
ADAB KESEBELAS : Meneliti Kebenaran Berita yang Tersebar dan Bersikap SabarSalah satu adab terpenting yang harus dimiliki oleh penuntut ilmu adalah tatsabbut (meneliti kebenaran berita), dia harus meneliti kebenaran berita-berita yang disampaikan kepadanya serta mengecek efek hukum yang muncul karena berita tersebut. Di sana ada perbedaan antara tsabaat dan tatsabbut, keduanya adalah dua hal yang berlainan walaupun memiliki lafazh yang mirip tapi maknanya berbeda. Ats tsabaat artinya bersabar, tabah dan tidak merasa bosan dan putus asa. Sehingga tidak semestinya dia mengambil sebagian pembahasan dari sebuah kitab atau suatu bagian dari cabang ilmu lantas ditinggalkannya begitu saja. Sebab tindakan semacam ini akan membahayakan bagi penuntut ilmu serta membuang-buang waktunya tanpa faedah. Dan cara seperti ini tidak akan membuahkan ilmu. Seandainya dia mendapatkan ilmu, maka yang diperolehnya adalah kumpulan permasalahan saja dan bukan pokok dan landasan pemahaman. Contoh orang yang hanya sibuk mengumpulkan permasalahan itu seperti perilaku orang yang sibuk mencari berita dari berbagai surat kabar dari satu koran ke koran yang lain. Karena pada hakikatnya perkara terpenting yang harus dilakukan adalah ta’shil (pemantapan pondasi, ilmu ushul) dan pengokohannya serta kesabaran untuk mempelajarinya.
Dengan perantara nama-nama-Mu yang terindah dan sifat-sifat-Mu yang tertinggi ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba. Begitu banyak nikmat telah hamba sia-siakan. Umur, kesempatan, waktu luang, kesehatan dan keamanan. Semuanya telah Engkau curahkan, namun aku selalu lalai dan tidak pandai mensyukuri pemberian-Mu. Ya Allah bimbinglah hamba-Mu ini, untuk meraih kebahagiaan pada hari di mana tidak ada lagi hari sesudahnya, ketika kematian telah disembelih di antara surga dan neraka. Ketika para penduduk surga semakin bergembira dan para penghuni neraka bertambah sedih dan merana. Ya Allah, limpahkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat, dan lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat. Ya Allah, kami mohon kepada-Mu hidayah, ketakwaan, terjaganya kehormatan dan kecukupan. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyinaa Muhammad, walhamdulillaahi Rabbil ‘alamiin.
***
Adab-adab ini disadur dari Thiibul Kalim al-Muntaqa Min Kitaab al-’Ilm Li Ibni Utsaimin karya Abu Juwairiyah oleh Abu Mushlih Ari Wahyudidisadur dari http://muslim.or.id/ tanpa perubahan.

hmmm...bingung nih judulnya

jihad adalah meninggikan kalimatullah_baca QS 8:39- jihad adalah ibadah dan tugas yang amat mulia hingga akhir nafas kita dan akan terus berlanjut hingga terbunuhnya dajjal. jihad adalah meninggikan kalimatullah hingga yang disembah hanyalah ALLAH bukan untuk mencari popularitas, bukan pula untuk mencari kekuasaan ataupun meluaskan areal kekuasaan. jihad adalah berjuang hingga hanya ALLAH satu-satunya ILAH yang disembah. jihad adalah membersikan dien ini dari bentuk kesyirikan, syubhat, bid'ah dan syahwat. membersihkan aqidah kita dari segala macam bentuk kesyirikan baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat bahkan negara dan dunia ini.. jihad itu itu tugas mulia sehingga tak hanya cukup bermodalkan semangat, tapi kita butuh ilmu. ilmu tentang dien ini, ilmu mengatur strategi agar dien ini bisa tersebar dipenjuru dunia..yang kita usung bukan pemikiran si A atau si B pendiri harokah, tapi yang kita usung adalah AL QUR'AN dan SUNNAH Rasulullah saw sehingga mereka yang belum tersentuh oleh keduanya dapat memurnikan ibadahnya berdasarkan AL QUR'an dan SUNNAH Rasulullah saw. ya intinya berdasarkan pemahaman dien ini yang benar..ibadah itu terdiri atas dua bagian.. ikhlas semata-mata karena mengharapkan ridha-NYa dan sesuai dengan apa yang di tuntun oleh Rasulullah saw bahkan dalam memilih metode dakwah yang kita gunakan untuk menyebarkan dien ini kita kudu berhati-hati dari berbagai syubhat dan bid'ah karena walau niat kita benar namun caranya salah maka segalanya akan menjadi sia-sia...banyak sekali ayat-ayat dalam AL QUR'AN dimana kita disuruh untuk mengembalikan segala perselisihan kepada AL QUR'AN dan SUnnah salah satuny QS 4:59,65 dan 69..wallahu'alam bishshowab..

HABATUSSAUDA

Habbatussauda Bukan Alternatif (Tapi satu-satunya)*
Habbatussauda Bukan AlternatifHabatussauda adalah biji hitam yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan digunakan secara luas oleh masyarakat India dan Timur Tengah untuk mengobati berbagai macam penyakit. Nigella Sativa Semen adalah biji dari Nigella Sativa yang dapat mereproduksi dengan sendirinya, di mana biji-biji tersebut sebelumnya berwarna putih kemudian setelah matang akan berwarna hitam (Nigella).Habbatussauda bermula ditemukan di makam Tutan- khamen di Yunani Kuno dimana pada saat itu raja-raja dikubur bersama-sama dengan Nigella untuk membantu diakhir hidup- nya. Biji habbatussauda mengan- dung 40% minyak constan dan 1,4% minyak aviari, juga mengandung 15 amino acid, protein, calsium, zat besi, sodium dan pottasium. Sedangkan komposisi paling penting adalah: Thymoquinone (TQ), Dithymo- ouinone (DTQ), Thymohydro- quinone (THQ) dan Thymol (THY).Kalangan medis tadinya menolak keras adanya sebuah herba yang bisa menyembuhkan penyakit. Tapi, ketika ilmuwan muslim melakukan uji klinis dan menyimpulkan hasilnya, mereka baru mengakui kebenarannya tersebut.
Didalam Hadits Al Bukhary meriwayatkan dari Aisyah r.anha bahwa dia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda :" Sesungguhnya di dalam Habbatus sauda' terkandung kesembuhan untuk segala penyakit, kecuali as sam. Aku bertanya, "Apakah as sam itu?" Beliau menjawab, "Maut"Dalam riwayat Muslim disebutkan : "Tidak ada satupun penyakit melainkan di dalam habbatus sauda' terdapat kesembuhan baginya, kecuali kematian."
Cara Kerja HabbatusSaudaImuniti adalah kemampuan tubuh untuk menciptakan kekebalan khusus, kuat dan sempurna untuk melawan segala unsur yang menyerang tubuh. Imuniti ini terbentuk dari jaringan limpa dan sel-sel limpa yang menghasilkan antibodi yang berfungsi menghancurkan mikroba yang menyerang tubuh yang disesuaikan dengan susunan dan sifatnya.Pada tahun 1986, Dr. Ahmad Al Qadhy dan rekan-rekannya melakukan penelitian di Amerika tentang pengaruh habatussauda terhadap sistem kekebalan tubuh (imuniti) manusia. Penelitian yang dilakukan dalam dua tahap itu menghasilkan kesimpulan pertama: Kelebihan prosentase The Helper T-Cell atas suppresor cells ts mencapai 55% dan ada sedikit kelebihan atas killer cell orcytoxic sebanyak 30%.Penelitian tahap kedua dengan melibatkan 18 suka- relawan yang badan mereka terlihat sehat dan segar. Mereka dibagi dalam dua kelompok, satu kelompok diberi satu gram habatussauda setiap harinya, dan kelompok lain diberi karbon. Selama empat pekan mereka mengkonsumsi habatus dan karbon yang sudah dikemas dalam butir-butir kapsul.Hasilnya, habatus menguat- kan tugas-tugas imuniti dengan tambahan prosentase The Helper T-lymphocytes cell atas supressor cell-ts. Jadi, sistem kerja habatatussauda dalam tubuh manusia adalah dengan memperbaiki, menjaga dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia terhadap berbagai penyakit.
Dalam sistem kekebalan tubuh manusia, habatussauda adalah satu-satunya tatanan yang memiliki senjata khusus untuk menghancurkan segala macam penyakit. Sebab, setelah sel paghocytosis menelan kuman-kuman yang menyerang, ia membawa bakteri antigenic ke permukaannya, kemudian menempel dengan sel lymph, untuk mengetahui bagaimana susunan mikrobanya secara mendetil, lalu memerintahkan masing-masing sel T-lymphocytes untuk memproduksi antibodies atau sel T-spesific, khususnya adalah antigenic yang juga dibangkitkan untuk berproduksi.Dinding sel B-Lymphocytes memiliki kurang lebih 100 ribu molekul dari antibodies yang saling bereaksi secara khusus dan dengan kemampuan yang tinggi dengan jenis khusus yang ditimbulkan oleh antigenic dalam mikroba. Antibodies menyatu dengan sel T- Lymhocytes, lalu bersama-sama dengan antigenic melawan mikroba, sehingga mikroba tidak dapat berkerja dan sekaligus bisa menghancur- kannya.Dengan demikian, kekebalan itu merupakan kekebalan khusus untuk menghadapi setiap hewan asing yang masuk ke dalam tubuh. Karena, habatussauda mempunyai kekebalan spesifik yang didapat secara otomatis, yang memiliki kemampuan berbentuk antibodies dan senjata sel serta pengurai khusus untuk setiap hewan asing yang masuk dan menyebabkan penyakit.Menurut Dr. Al Qadhy, habatusaudah juga mempunyai kemampuan lain, seperti untuk melawan bermacam-macam virus, kuman dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh manusia."Karena itu, kami dapat menetapkan bahwa di dalam habatussauda terdapat kesembuhan untuk segala macam penyakit. Karena peranannya yang menguatkan dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh, suatu sistem yang di dalamnya ada kesembuhan dari segala macam penyakit, yang bereaksi terhadap segala sebab yang menimbulkan penyakit, yang memiliki kemampuan awal untuk memberikan kesembuhan secara sempurna atau sebahagian di antaranya untuk menyembuhkan segala penyakit," ungkap Al Qadhy."Kata syifa' dalam bentuk indefinitif di berbagai hadis juga menguatkan hasil kesimpulan ini, yang tingkat kesembuhannya berbeda-beda, tergantung pada kondisi sistem kekebalan tubuh manusia itu sendiri, jenis penyakit, sebab-sebab dan periodisasinya. Dengan bentuk keumuman lafaz dalam hadis, dapat ditafsiri sebagai suatu kesesuaian dengan berbagai pendapat di atas, yang disampaikan oleh para pen-syarh hadis," imbuhnya.
AnjuranAgama Islam adalah agama yang kaffah, sempurna dan komplit. Maka bagaimana bisa kita dibiarkan mencari solusi sendiri di luar Islam. Selama ini kita hanya mengenal agama Islam ini hanya menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan penyakit bathiniyah. Kalau demikian halnya, maka tidak pantas Islam dikatakan sebagai agama yang sempurna. Dari uraian di atas nyatalah bahwa di dalam mengobati penyakitpun kita didorong untuk tetap mengobati dengan cara yang Islami. Dan sudah pasti, obat dan terapi yang ditawarkan Nabi saw ini bukanlah terapi yang biasa-biasa saja. Kalau hanya biasa-biasa saja tentunya Rasulullah saw tidak akan menyebutnya secara khusus.Bagi saudara-saudaraku yang saat ini hampir berputus asa akan kesembuhan penyakitnya, janganlah patah semangat di dalam mencari kesembuhan. Lihatlah lagi apa yang dibawa Rasulullah saw. Disana ada kesembuhan bagi semua penyakit, jasmani maupun rohani. Kalau kita mau dan percaya menelan obat yang diresepkan oleh seorang dokter, siapapun dokter itu, maka mengapa kita tidak mau sedikit saja menoleh kepada resep Rasulullah saw yang sudah lama diberikan kepada kita? Lihatlah, penyembuh segala penyakit ada di depan kita. Tetapi saat ini kita malahan banyak memberikan vonis “tidak ada obatnya” kepada banyak jenis penyakit. Masih adakah yang berpikir bahwa AIDS dan Flu Burung tidak ada obatnya?Source : Abu NafarPosted by Andi Eko Nurhadiyanto at 2:03 PMdikutip tanpa perubahan kecuali tanda (*) dari http://kemha.blogspot.com/.
Posted in Kesehatan printer friendly version
Submitted by izi on June 23, 2008 - 21:34.

sumber: www.ukhuwah.or.id

Selasa, 15 Juli 2008

Nasyid yang di hujjah

Pertanyaan:Assalamu alaikum ustadz..Ana bukan bertanya. Hanya menyampaikan uneg-uneg ana pribadi sebagai munsyid.Ana bahagia berada di sebuah komunitas Muslim yang moderat, dimana sebuah pendapat bisa disampaikan dan didiskusikan dengan segala dalilnya. Terutama dalam hal musik dan nasyid, dimana ana lama berkecimpung. Dengan nasyid ini pula, kami makin dekat dan memiliki peluang memberikan kontribusi yang nyata bagi ummat dan dakwah.Namun ada beberapa hal yang kami sesalkan; terutama sikap para ustadz2 kami mengenai aktifitas kami dalam bernasyid ini.1. Kami dengar sendiri, juga ikhwah2 kami; dimana saat tasqif atau taujih; beberapa kali para ustadz membenturkan nasyid dengan al Quran. Misalnya, mengatakan bahwa lemahnya kedekatan para kader dakwah dengan al Quran disebabkan karena maraknya nasyid sekarang ini.Mana buktinya? Apa metode penelitiannya? Kami harap, jangan lagi ada ustadz yang mendeskriditkan maraknya nasyid sebagai sebab menurunnya kualitas para dai. Bukankah maraknya nasyid adalah sesuatu yang dahulu kita perjuangkan dan idamkan bersama? ana jadi heran.Soal turunnya kualitas dai sekarang (itupun perlu dilihat dulu ukurannya bukan? gak bisa pendapat subyektif semata); bukankah itu juga tanggung jawab para murabbinya? Janganlah kami para munsyid yang juga berniat berdakwah dijadikan kambing hitam.Kami sendiri, sebagai pihak yang lebih banyak mendengar nasyid dibanding siapapun; tidak meninggalkan aktifitas Quraniyyah kami. Hafalan kami walau tidak banyak, tetap kami jaga. Anak istri kami juga demikian. Bahkan anak saya sendiri pernah juara tahfiz Quran usia TK, mengalahkan anak para ustadz.2. Sikap beberapa ustadz yang menganggap nasyid tidak memberi kontribusi pada dakwah. Hal ini menimpa ana pribadi. Sikap all out ana dalam mengembangkan nasyid dalam Izzatul Islam; dianggap bukanlah berdakwah. Itu cuma penyaluran hobby atau maisyah, katanya.Ana nggak punya kemampuan merubah sikap para ustadz yang berpendapat demikian. Paling hanya bisa bilang; kalau memang maisyah, kok bisa kami bernasyid keliling nusantara tanpa dibayar? Kalau cuma hobby, kok bisa kami bertahan hingga 13 tahun, terkadang meninggalkan anak istri dalam waktu lama?Itu dulu ustadz. Afwan jika mengganggu. Kami hanya meminta ketegasan dan satu kata para asatidz kami yang sangat kami hormati. Janganlah kami yang ingin berkembang ini dimatikan sedemikian rupa. Mending kami bubar aja kalo begitu.Afwan jika kurang berkenan. Ana hanya berharap PKS sebagai kumpulan para ustadz bisa memberikan masukan dan meluruskan masalah ini demi kepentingan dakwah semata.Wassalamu alaikum wr. wb.afwan izis
Jawaban:
Assalamu `alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahiem. Alhamdulillahi Rabbil `Alamin. Wash-shalatu Was-Salamu `alaa Sayyidil Mursalin. Wa ba`d, Kami memahami perasaan Anda, termasuk perasaan mereka yang menyenangi nasyid sebagai musik alternatif islami. Namun, kita juga harus memahami perasaan sebagian ustadz yang mulai resah dengan perkembangan nasyid berikut dampaknya.Secara sekilas bila kita melakukan kilas balik nasyid, awalnya nasyid harus diakui merupakan bagian dari utuh dari aktifitas dakwah yang saat itu masih sangat kental dengan tema-tema aqidah dan syariah serta shahwah islamiyah. Bahkan bahasanya pun masih menggunakan bahasa arab yang sedikit banyak memberi semangat untuk mempelajarinya. Disamping memang ada unsur seni sastranya yang kuat, karena umumnya nasyid berbahasa arab itu berangkat dari bait-bait syi`ir yang sedemikian indah dan sangat kental nuansa jihadnya. Dan satu lagi yang paling penting, yaitu sama sekali tidak menggunakan alat musik, jsutru `arudh senandung itulah yang menjadi musik alami. Hanya saja, saat itu orang yang kenal nasyid itu sangat terbatas, yaitu para aktifis dakwah yang jumlahnya pun masih bisa dihitung dengan jari. Sebagian besar orang masih perlu mengerutkan dahinya sepuluh lipatan bila mendengar nasyid. Sehingga ketimbang menjadi alternatif hiburan yang Islami, nasyid lebih identik dengan barang aneh produk timur tengah. Lalu sedikit demi sedikit nasyid mulai populer, bahkan bahasanya pun sudah menggunakan bahasa Indonesia. Lalu satu dua group nasyid bermunculan, sebagian malah telah melakukan rekaman. Dan musik pun mulai digunakan, walaupun awalnya masih menggunakan mulut, namun akhirnya duff digunakan, lantaran ada dalil yang menyebutkan kebolehan duff tersebut. Lama-lama, alat musik lainnya ikut nongol dalam satu dua tembang nasyid. Irama dan gaya pembawaannya pun ikut-ikutan ngepop mengikuti selera pasar. Bahkan tema syairnya pun menyentuh wilayah yang lebih melebar lagi.
Dari sini mulai timbul keresahan pada sebagian ustadz dan aktivis, karena ada kecenderungan nasyid mulai keluar dari prinsip dasar dan koridor syar'inya. Tentu saja, ini tidak terjadi pada semua grup nasyid. Artinya masih ada yang masih tetap mempertahankan batasan syar'i dalam melakukan nasyid. Namun, karena banyak grup nasyid yang tidak lagi mengindahkan batasan syar'i dengan hanya mengikuti selera pasar, maka ini merupakan sebuah musibah. Ini adalah keresahan pertama.
Keresahan kedua adalah dampak dan pengaruh nasyid itu sendiri pada para pelaku dan pendengarnya. Fenomena di mana banyak aktivis yang lebih senang bernasyid sehingga meninggalkan kewajiban ibadah dan dakwahnya teryata tidak bisa dinafikan. Terutama, ini terjadi pada mereka yang masih belum matang, belum mengetahui batasan syar'i tentang musik dan nasyid, serta belum memiliki fondasi yang kuat.
Terkait dengan hal tersebut, para ulama kita telah memberikan batasan yang harus diperhatikan terkait dengan kedudukan musik, termasuk nasyid: Pertama: Lirik Lagu yang Dilantunkan. Hukum yang berkaitan dengan lirik ini adalah seperti hukum yang diberikan pada setiap ucapan dan ungkapan lainnya. Artinya, bila muatannya baik menurut syara', maka hukumnya dibolehkan. Dan bila muatanya buruk menurut syara', maka dilarang. Kedua: Alat Musik yang Digunakan. Sebagaimana telah diungkapkan di muka bahwa, hukum dasar yang berlaku dalam Islam adalah bahwa segala sesuatu pada dasarnya dibolehkan kecuali ada larangan yang jelas. Dengan ketentuan ini, maka alat-alat musik yang digunakan untuk mengiringi lirik nyanyian yang baik pada dasarnya dibolehkan. Sedangkan alat musik yang disepakati bolehnya oleh jumhur ulama adalah ad-dhuf (alat musik yang dipukul). Adapun alat musik yang diharamkan untuk mendengarkannya, para ulama berbeda pendapat satu sama lain. Satu hal yang disepakati ialah semua alat itu diharamkan jika melalaikan. Ketiga: Cara Penampilan. Harus dijaga cara penampilannya tetap terjaga dari hal-hal yang dilarang syara' seperti pengeksposan cinta birahi, seks, pornografi dan ikhtilath (campur baur ikhwan dan akhwat). Keempat: Akibat yang Ditimbulkan. Walaupun sesuatu itu mubah, namun bila diduga kuat mengakibatkan hal-hal yang diharamkan seperti melalaikan shalat, munculnya ulah penonton yang tidak Islami sebagai respon langsung dan sejenisnya, maka sesuatu tersebut menjadi terlarang pula. Sesuai dengan kaidah Saddu Adz dzaroi' (menutup pintu kemaksiatan) . Kelima: Aspek Tasyabuh. Perangkat khusus, cara penyajian dan model khusus yang telah menjadi ciri kelompok pemusik tertentu yang jelas-jelas menyimpang dari garis Islam, harus dihindari agar tidak terperangkap dalam tasyabbuh dengan suatu kaum yang tidak dibenarkan. Rasulullah saw. bersabda: Artinya: "Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk mereka" (HR Ahmad dan Abu Dawud) Keenam: Orang yang menyanyikan. Haram bagi kaum muslimin yang sengaja mendengarkan nyanyian dari wanita yang bukan muhrimnya. Sebagaimana firman Allah SWT.: Artinya:"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik"(QS Al-Ahzaab 32) Selanjutnya, saran kami kepada seluruh pihak untuk tidak mengembangkan budaya su'u zhon (buruk sangka) terhadap sesama muslim, apalagi sesama aktivis dakwah. Kami juga berharap agar Anda dan teman-teman yang lain terus mengembangkan nasyid sebagai alternatif hiburan islami yang dibutuhkan oleh umat, tentu dengan batasan syar'i yang perku diperhatikan. Serta, sangat baik kiranya kalau Anda dan teman-teman munsyid lainnya selalu mengingatkan para penikmat nasyid untuk memperhatikan batasan tersebut, di samping selalu berkonsultasi dengan para ustadz yang mengerti tentang syariah agar nuansa syar'i dalam setiap penampilan dan kegiatan Anda selalu terjaga. Selamat berdakwah melalui nasyid!
Wallahu A`lam Bish-Showab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh


sumber : http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/28755

Rabu, 09 Juli 2008

hmmm...apa ya???

Assalamu'alaikum wr wbsalam ukhuwah untuk antum wa antuna.keep hamasah dalam menuntut ilmu agama, mengamalkannya dan menyerukannya kepada orang lain..ana sependapat tuh dengan akh. Rizki, jangan hanya modal semangat saja, kita harus banyak membaca. terlebih mengakaji Al Qur'an dan Hadits, jangan hanya masalah politik aja yang di kaji...malu atuh sama ALLAH.. oya sebagai renungan buat kita semua,,,baca ya..QS 8:39; 4:59, 65 dan 69 .. cari penjelasannya dalam tafsir..insya ALLAH kita akan semangat dalam mencari kebenaran itu..ok!!islam dikenali bukan dari penampilan seseorang dan dari jumlah jamaah yang terbanyak, namun ISLAM dikenali dari AL Qur'an dan hadits...so..mari kitong kaji sama-sama...terlebih kita menamakan diri kita adalah AKTIVIS ISLAM masa g' konek soal Al Qur'an dan SUNNAH...jangan hanya baca NOvel Islami atau buku-buku yang hanya memenuhi hal hati kita, tapi baca juga buku yang memenuhi hak akal kita sebagai KADER DAKWAH!!!..Wassalaam